Panduan Supervisi Pembelajaran di SD


Bila dikaji dari sisi etimologis istilah “supervisi” atau dalam bahasa Inggris “supervision” sering didefinisikan dengan pengawas dan kepalaaan. Sedangkan secara morfologis supervisi terdiri dari dua kata yaitu “super” yang berarti atas atau lebih dan “visi” mempunyai lihat, pandang ,tilik atau awasi. Dengan demikian supervisi dalam pengertian yang sederhana  yaiu melihat, meninjau atau melihat dari atas yang dilakukan oleh atasan (pengawas dan kepala,kepala sekolah) terhadap perwujudan kegiatan pembelajaran. 

Supervisi diartikan sebagai layanan yang bersifat membimbing, memfasilitasi, memotivasi serta menilai guru dalam pelaksanaan pembelajaran dan pengembangan profesinya secara efektif.

Prinsip-prinsip Supervisi Pembelajaran
Berikut adalah beberapa prinsip yang harus diperhatikan dan direalisasikan oleh pengawas dan kepala sekolah dan kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi pembelajaran. Prinsip-prinsip supervisi pembelajaran yaitu:
1. Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah;
2. Sistematis, artinya dikembangkan sesuai perencanaan program supervisi yang matang
3. Objektif, artinya masukan sesuai aspek-aspek instrumen;
4. Realistis, artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya;
5. Antisipatif, artinya mampu menghadapi masalah-masalah yang mungkin akan terjadi;
6. Konstruktif, artinya mengembangkan kreativitas dan inovasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran;
7. Kooperatif, artinya ada kerja sama yang baik antara supervisor dan guru dalam mengembangkan pembelajaran;
8. Kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh dalam mengembangkan pembelajaran;
9. Demokratis, artinya supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi pembelajaran; 10. Aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi;
11. Humanis, artinya mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor;
12. Berkesinambungan (supervisi pembelajaran dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh Kepala sekolah);
13. Terpadu, artinya menyatu dengan dengan program pendidikan.

Pendekatan Supervisi 
Berdasarkan cara bagaimana pengawas dan kepala sekolah bersama guru melakukan perbaikan dan siapa yang lebih dominan di antara keduanya, maka dibedakan tiga macam pendekatan, yaitu direktif, kolaboratif dan non-direktif. 
1. Pendekatan Direktif: Tanggung jawab lebih banyak pada pengawas dan kepala sekolah. 
2. Pendekatan Kolaboratif: Tanggung Jawab terbagi relatif sama antara supervisor dan guru 
3. Pendekatan Non-Direktif: Tanggung jawab lebih banyak pada guru 

Karakteristik dari tiga macam pendekatan supervisi pembelajaran tersebut,tertuang dalam tabel 3 berikut (Glickman,1981)

Model Supervisi 
Berdasarkan bagaimana cara memahami atau memastikan masalah, darimana datanya diperoleh dan dengan cara apa memperbaikinya, maka dibedakan tiga model supervisi pembelajaran, yaitu model saintifik, model artistik dan model Klinis. Berikut adalah penjelasan mengenai ketiga model supervisi pembelajaran tersebut. 
1.  Model Supervisi Saintifik/Ilmiah 
Menurut Sahertian (2008) model supervisi ilmiah adalah sebuah model supervisi yang digunakan oleh supervisor untuk menjaring data atau informasi dan menilai kinerja kepala sekolah dan guru dengan cara menyebarkan angket. 
Supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Dilaksanakan secara berencana dan berkelanjutan. b. Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu c. Menggunakan instrumen pengumpulan data d. Dapat menjaring data yang obyektif 
2. Model Supervisi Artistik 
Model supervisi artistik menuntut seorang supervisor dalam melaksanakan tugasnya harus berpengetahuan, berketerampilan, dan memiliki sikap arif. Seperti diungkapkan oleh Jasmani dan Mustofa (2013; 31) model supervisi artistik mendasarkan diri pada bekerja untuk orang lain (working for the other), bekerja dengan orang lain (working with the other), dan bekerja melalui orang lain (working through the other). Oleh karena itu, pelaksanaan supervisi tentunya mengandung nilai seni (art). Menurut Sergiovanni model supervisi artistik memiliki beberapa karakteristik, antara lain: 
a.Memerlukan perhatian agar lebih banyak mendengarkan dari pada berbicara.  
b.Memerlukan tingkat pengetahuan yang cukup.  
c.Mengutamakan sumbangan yang unik dari guru-guru dalam rangka mengembangkan pendidikan bagi generasi muda 
d.Menuntut untuk memberi perhatian lebih banyak terhadap proses kehidupan  kelas.  
e.Memerlukan suatu kemampuan berkomunikasi yang baik dalam cara mengungkapkan apa yang dimiliki terhadap orang lain yang dapat membuat orang lain menangkap dengan jelas ciri ekspresi yang diungkapkan itu.  
f.Memerlukan kemampuan untuk menafsirkan makna dari peristiwa yang diungkapkan 
3. Model Supervisi Klinis
Menurut Acheson dan Gall (1987), supervisi Klinis adalah sebuah model alternatif dari supervisi yang lebih interaktif, demokratis, dan berpusat pada kebutuhan guru. Supervisi Klinis ini pada dasarnya merupakan pembinaan performansi guru mengelola proses belajar mengajar (Cogan, 1973).
Karakteristik supervisi Klinis menurut Mulyasa (2004:112) yaitu:
a.Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah) sehingga inisiatif tetap berada di tangan guru
b.Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama kepala sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan.
c.Instrumen dan metode observasi dikembanganka bersaa oleh guru dan kepala sekolah.
d.Mendiskusi dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan interpretasi guru.
e.Adanya penguatan dan umpan balik dari kepala sekolah sebagai supervisor teerhadap perubahan perilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan.
f.Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu keadaan dan memecahkan suatu masalah. 

Selengkapnya Panduan Supervisi Pembelajaran di SD download disini

0 Response to "Panduan Supervisi Pembelajaran di SD"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel