Beratnya Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan

Beratnya Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan
"Ibarat kata makanan yang sudah di ujung lidahpun bisa terlepas", kalau tidak dijaga dengan baik. Itulah kemerdekaan Indonesia, Kalau para pejuang tidak mempertahankan kemerdekaan Indonesia, maka Indonesia kembali dijajah oleh Belanda. Begitu beratnya para pejuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia sampai tak terhitung jumlah nyawa yang dipertaruhkan demi mencapai kemerdekaan indonesia dan mempertahankannya.
Kita sebagai anak cucu Mereka yang menikmati hasil perjuangan  dan pengorbanannya, harus mengisi kemerdekaan ini dengan baik, dan jangan lupa dengan para pejuang yang telah berkorban untuk kita.

A. Perjuangan Bangsa Indonesia Mempertahankan Kemerdekaan
Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Akan tetapi, ada pihak-pihak yang tidak mengakui kedaulatan pemerintahan Republik Indonesia.

Ketika negara kita memproklamasikan kemerdekaan, tentara Jepang masih
ada di Indonesia. Sekutu menugaskan Jepang untuk menjaga keadaan dan
keamanan di Indonesia seperti sebelum Jepang menyerah kepada Sekutu.

Rakyat Indonesia yang menginginkan hak-haknya dipulihkan, berusaha
mengambil alih kekuasaan dari tangan Jepang. Usaha tersebut mendapat rintangan
dari pihak Jepang sehingga di beberapa tempat terjadi pertempuran antara tentara
Jepang dengan rakyat Indonesia. Pertempuran-pertempuran tersebut
menimbulkan korban di kedua belah pihak.

Ketika rakyat Indonesia sedang menghadapi Jepang, Belanda (NICA) datang
membonceng tentara Sekutu. Tujuan Belanda ingin menjajah kembali Indonesia.
Pada tanggal 29 September 1945 tentara Sekutu dan pasukan NICA tiba di
Indonesia dan mendarat di Pelabuhan Tanjung Priok. Tentara Sekutu membantu
NICA yang ingin membatalkan kemerdekaan Indonesia.

Rakyat Indonesia yang sudah kenyang dengan penjajahan tidak ingin lagi menjadi bangsa yang terjajah lagi. Rakyat Indonesia bangkit melawan tentara Sekutu dan NICA. Rakyat Indonesia menggunakan senjata rampasan dari Jepang dan senjata tradisional yang ada. Berkobarlah pertempuran di mana-mana.

1. Pertempuran Surabaya
Tanggal 25 Oktober 1945, tentara Sekutu mendarat di Tanjung Perak, Surabaya. Tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Jendral Mallaby.

Kedatangan tentara tersebut diikuti oleh NICA. Mula-mula tentara NICA melancarkan hasutan sehingga menimbulkan kekacauan di Surabaya. Hal tersebut menimbulkan bentrokan antara rakyat Surabaya dengan tentara Sekutu. Tanggal 28 Oktober hingga 31 Oktober 1945 terjadi pertempuran yang hebat.

Dalam insiden antara rakyat Surabaya dan tentara Sekutu, Brigjen Mallaby terbunuh. Letnan Jendral Christison Panglima Sekutu di Indonesia, meminta kepada pemerintah Indonesia menyerahkan orang-orang yang dicurigai membunuh Jendral Mallaby.
Permintaan tersebut diikuti ultimatum dari Mayor Jendral Mansergh. Isi ultimatum tersebut,

Sekutu memerintahkan rakyat Surabaya menyerahkan senjatanya. Penyerahan paling lambat tanggal 9 November 1945 pukul 18.00 WIB. Apabila ultimatum tersebut tidak dilaksanakan, Kota Surabaya akan diserang dari darat, laut, dan udara.

Rakyat Surabaya menolak ultimatum dan siap melawan ancaman Sekutu.
Tanggal 10 November 1945 pukul 06.00, tentara Sekutu menggempur Surabaya dari darat, laut maupun udara.
Di bawah pimpinan Gubernur Suryo dan Sutomo (Bung Tomo) rakyat Surabaya tidak mau menyerahkan sejengkal tanah pun kepada tentara Sekutu. Dengan pekik Allahu Akbar, Bung Tomo membakar semangat rakyat.

Dalam pertempuran yang berlangsung sampai awal Desember itu gugur beribu-ribu pejuang Indonesia.
Pemerintah menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan. Hari Pahlawan untuk memperingati jasa para pahlawan. Perlawanan rakyat Surabaya mencerminkan tekad perjuangan seluruh rakyat Indonesia.

2. Pertempuran Lima Hari di Semarang
Pertempuran ini terjadi pada tanggal 15 Oktober 1945. Kurang lebih 2000 pasukan Jepang berhadapan dengan TKR dan para pemuda. Peristiwa ini memakan banyak korban dari kedua belah pihak.
Dr. Karyadi menjadi salah satu korban sehingga namanya diabadikan menjadi nama salah satu Rumah sakit di kota Semarang sampai sekarang.

Untuk memperingati peristiwa tersebut maka pemerintah membangun sebuah tugu yang diberi nama Tugu Muda.

3. Pertempuran Ambarawa
Pertempuran ini diawali dengan kedatangan tentara Inggris di bawah pimpinan Brigjen Bethel di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945 untuk membebaskan tentara Sekutu.
Setelah itu menuju Magelang, karena Sekutu diboncengi oleh NICA dan membebaskan para tawanan Belanda secara sepihak maka terjadilah perlawanan dari TKR dan para pemuda.

Pasukan Inggris akhirnya terdesak mundur ke Ambarawa. Dalam peristiwa tersebut Letkol Isdiman gugur sebagai kusuma bangsa.

Kemudian Kolonel Sudirman terjun langsung dalam pertempuran tersebut dan pada tanggal 15 Desember 1945 tentara Indonesia berhasil memukul mundur Sekutu sampai Semarang.

Karena jasanya maka pada tanggal 18 Desember 1945 Kolonel Sudirman diangkat menjadi Panglima Besar TKR dan berpangkat Jendral.
Sampai sekarang setiap tanggal 15 Desember diperingati sebagai hari Infantri

4. Pertempuran Medan Area
Pada tanggal 9 Oktober 1945 pasukan Sekutu yang diboncengi Belanda dan
NICA di bawah pimpinan Brigjen T.E.D. Kelly mendarat di Medan. Pada tanggal
13 Oktober 1945 para pemuda yang tergabung dalam TKR terlibat bentrok dengan
pasukan Belanda, sehingga hal ini menjalar ke seluruh kota Medan. Hal ini menjadi
awal perjuangan bersenjata yang dikenal dengan Pertempuran Medan Area.

5. Bandung Lautan Api
Kota Bandung dimasuki pasukan Inggris pada bulan Oktober 1945. Sekutu meminta hasil lucutan tentara Jepang oleh TKR diserahkan kepada Sekutu. \
Pada tanggal 21 November 1945 Sekutu mengultimatum agar kota Bandung dikosongkan. Hal ini tidak diindahkan oleh TRI dan rakyat. Perintah ultimatum tersebut diulang tanggal 23 Maret 1946.

Pemerintah RI di Jakarta memerintahkan supaya TRI mengosongkan Bandung, tetapi pimpinan TRI di Yogyakarta mengintruksikan supaya Bandung tidak dikosongkan.  Akhirnya dengan berat hati TRI mengosongkan kota Bandung.

Sebelum keluar Bandung pada tanggal 23 Maret 1946 para pejuang RI menyerang markas Sekutu dan membumihanguskan Bandung bagian selatan. Untuk mengenang peristiwa tersebut Ismail Marzuki mengabadikannya dalam sebuah lagu yaitu Hallo-Hallo Bandung.

6. Agresi Militer Belanda I
Agresi militer Belanda yaitu serangan yang dilakukan oleh Belanda kepada
Negara Republik Indonesia. Kurang lebih satu bulan setelah kemerdekaan
Indonesia, tentara sekutu datang ke Indonesia. Dalam pendaratannya di Indonesia,
tentara sekutu diboncengi NICA. Selain bermaksud melucuti tentara Jepang,
tentara sekutu membantu NICA mengembalikan Indonesia sebagai jajahannya.
Dengan bantuan sekutu, NICA ingin membatalkan kemerdekaan rakyat Indonesia.

Rakyat Indonesia tidak mau dijajah lagi. Rakyat Indonesia tidak mempunyai pilihan lain untuk mempertahankan kemerdekaannya, kecuali dengan bertempur sampai titik darah penghabisan.
Di sebagian besar wilayah Indonesia, tentara Sekutu dan NICA harus menghadapi perlawanan pejuang-pejuang Indonesia.

Perjuangan rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya, menyadarkan tentara Sekutu bahwa bangsa Indonesia tidak dapat dikalahkan hanya dengan kekuatan senjata. Sekutu menempuh cara lain, yaitu mempertemukan Indonesia dan Belanda di meja perundingan.

Perundingan dilaksanakan tanggal 10
November 1946 di Desa Linggarjati sebelah selatan Cirebon, Jawa Barat. Perundingan tersebut dinamakan Perundingan Linggarjati. Hasil perundingan dinamakan Persetujuan Linggarjati.

Perundingan ini menghasilkan pengakuan Belanda atas kedaulatan Republik
Indonesia. Kedaulatan tersebut meliputi wilayah Jawa, Madura, dan Sumatra.
Belanda ternyata melanggar isi Persetujuan Linggarjati. Tanggal 21 Juli 1947 Belanda
melancarkan serangan militer ke daerah-daerah yang termasuk wilayah RI.
Serangan tersebut terkenal dengan nama Agresi Militer Belanda I. Agresi Militer
Belanda I bertujuan menguasai daerah-daerah perkebunan dan pertambangan.
Daerah-daerah tersebut antara lain Sumatra Timur, Sumatra selatan, Priangan, Malang dan Besuki.

Menghadapi serangan Belanda itu, rakyat berjuang mempertahankan tanah
airnya. Rakyat melakukan taktik perang gerilya. Perang gerilya yaitu taktik perang
menyerang musuh yang dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi. PBB
(Perserikatan Bangsa-Bangsa) berusaha menengahi pertikaian Indonesia dengan
Belanda. PBB membentuk komisi perdamaian. Komisi itu beranggotakan tiga
negara, yaitu Australia, Belgia, dan Amerika serikat. Komisi itu disebut Komisi
Tiga Negara (KTN).

Berkat usaha Komisi Tiga Negara, Indonesia dan Belanda kembali ke meja
perundingan. Perundingan dilaksanakan mulai tanggal 8 Desember 1947 di atas
kapal perang Amerika Serikat. Kapal tersebut bernama USS Renville. Hasil
perundingan tersebut dinamakan Perjanjian Renville. Dalam perundingan ini,
delegasi Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Amir Syarifudin dan delegasi
belanda dipimpin oleh Raden Abdul Kadir Widjojoatmodjo.

Perjanjian Renville sangat merugikan pihak Indonesia. Salah satu isi Perjanjian
Renville adalah Republik Indonesia harus mengakui wilayah yang telah direbut
Belanda dalam Agresi Militer Belanda I. Agresi Militer Belanda adalah serangan
yang dilancarkan oleh pasukan Belanda kepada Indonesia untuk menghancurkan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 21 Juli 1947 dan 19
Desember 1948.

7. Agresi Militer II
Tanggal 19 Desember 1948 Belanda melancarkan Agresi Militer II. Agresi
Militer Belanda II bertujuan menghapuskan pemerintahan RI dengan menduduki
kota-kota penting di Pulau Jawa. Dalam Agresi Militer II, pasukan Belanda
menyerang Ibu Kota Republik Indonesia, Yogyakarta dan menahan Presiden
Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan beberapa pejabat tinggi negara.

Rakyat Indonesia pantang menyerah. Dengan semboyan sekali merdeka tetap
merdeka, rakyat berjuang sampai titik darah penghabisan. Rakyat tetap melakukan
perang gerilya. Aksi militer Belanda tersebut menimbulkan protes keras dari
kalangan anggota PBB. Oleh karena itu, Dewan keamanan PBB mengadakan sidang
pada tanggal 24 Januari 1949, dan memerintahkan Belanda agar menghentikan
agresinya. Belanda di bawah Dewan Keamanan PBB meninggalkan Yogyakarta
serta membebaskan presiden, wakil presiden dan pejabat tinggi negara yang
ditawan.

B. Menghargai Jasa Para Tokoh dalam Mempertahankan Kemerdekaan
1. Pengakuan Kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda
Untuk menengahi pertikaian antara Indonesia dan Belanda, PBB membentuk komisi baru yang diberi nama UNCI (United Nation Commision for Indonesia). Berkat peranan UNCI Indonesia dan Belanda mengadakan perundingan.
Delegasi Indonesia diketuai Mr. Moh Roem. Delegasi Belanda diketuai Dr. Van Royen. Perundingan tersebut dinamakan Perundingan Roem-Royen.
Salah satu keputusan perundingan Roem-Royen adalah akan diselenggarakannya Koferensi Meja Bundar (KMB)

Untuk menghadapi KMB diadakan Konferensi Inter Indonesia. Konferensi
tersebut dimaksudkan untuk mempertemukan pandangan wakil Republik
Indonesia dengan wakil BFO. BFO merupakan organisasi yang terdiri atas pemimpin
negara-negara bagian atau negara-negara kecil yang ada di Indonesia. Negara-negara
bagian tersebut timbul karena adanya politik devide et impera.

Politik devide et impera adalah politik memecah belah.
Bagian-bagian wilayah Indonesia yang diduduki
Belanda dipecah-pecah sehingga timbul negara-negara kecil (negara boneka).
Sesudah berhasil menyelesaikan masalah dalam negeri melalui Konferensi
Inter Indonesia, bangsa Indonesia siap menghadapi KMB. Pada tanggal 23 Agustus
1949 dibuka di Den Haag, Belanda. Delegasi RI dipimpin Drs. Moh. Hatta. Delegasi
BFO dipimpin Sultan Hamid II dari Pontianak. Delegasi Belanda dipimpin Mr.
J.H. Van Marseveen. Sedangkan PBB diwakili Chritclev.

Pada tanggal 2 November 1949 dilakukan upacara penandatanganan naskah
penyerahan kedaulatan. Upacara tersebut dilakukan pada waktu yang bersamaan
di Indonesia dan di Belanda. Dengan peristiwa tersebut secara resmi Belanda
mengakui kedaulatan bangsa Indonesia di seluruh wilayah bekas jajahannya. Di
Den Haag naskah penyerahan ditandatangani Drs. Moh. Hatta mewakili Indonesia
dan Ratu Juliana mewakili Belanda.

2. Peranan Beberapa Tokoh dalam Mempertahankan Kemerdekaan
a. Ir. Soekarno
Tanggal 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno atas nama bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Tanggal 18 Agustus 1945 Ir. Soekarno diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia.
Sebagai pemimpin tertinggi, Presiden Soekarno banyak melakukan diplomasi dengan pemimpin-pemimpin tentara Sekutu di Indonesia.

Kedatangan tentara Sekutu di Indonesia yang diboncengi NICA membuat Presiden Soekarno berada pada posisi yang sulit. Sekutu yang hanya memperoleh informasi sepihak dari Belanda, mendukung pengembalian Indonesia sebagai jajahan Belanda.
Berkat diplomasi Presiden Soekarno dan Bung Hatta, Sekutu yang dipimpin Letjen Christison mau mengakui
keberadaan RI. Tanggal 1 Oktober 1945, Letjen Christison menyatakan bahwa kedatangannya tidak akan merebut pemerintahan Republik Indonesia.

Kemampuan diplomasi Presiden Soekarno diuji kembali ketika pecah
pertempuran di Surabaya tanggal 28 Oktober 1945. Tentara Sekutu di bawah
pimpinan Brigjen Mallaby mengakibatkan jatuhnya korban di kedua belah pihak.
Untuk menghindari terjadinya korban di kedua belah pihak, Bung Karno mengadakan diplomasi. Berkat diplomasi Bung Karno jatuhnya korban di kedua belah pihak dapat dihindari.

Selama Perang Kemerdekaan sampai pengakuan kedaulatan, perjuangan Bung Karno terus berlanjut. Bung Karno tetap memakai cara diplomasi dalam perjuangannya.

b. Drs. Mohammad Hatta
Drs. Mohammad Hatta (Bung Hatta) sejak muda telah menjadi tokoh
penggerak mahasiswa Indonesia. Bung Hatta adalah seorang tokoh organisasi
Pemuda Indonesia (PI). Pemuda Indonesia merupakan organisasi mahasiswa dan
pelajar Indonesia di luar negeri (Belanda). Pemuda Indonesia mempunyai pengaruh
yang besar bagi pergerakan kemerdekaan Indonesia.

Tanggal 17 Agustus 1945 Drs. Mohammad Hatta bersama Ir. Soekarno
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia atas nama bangsa Indonesia. Tanggal
18 Agustus 1945 Drs. Mohammad Hatta dipilih menjadi wakil Presiden Indonesia yang pertama.

Dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia perjuangan Bung Hatta dilakukan melalui cara diplomasi.
Beliau mengadakan diplomasi dengan pihak penjajah maupun negara-negara lain di dunia. Beliau berusaha agar kedaulatan Indonesia diakui dunia.

Tanggal 13 Januari 1948 diadakan perundingan di Kaliurang. Perundingan
tersebut membicarakan daerah kekuasaan Republik Indonesia. Perundingan
tersebut dilakukan oleh Komisi Tiga Negara (Amerika, Australia, dan Belgia) dengan
Indonesia. Mohammad Hatta, Ir. Soekarno, Sultan Syahrir, dan Jendral sudirman merupakan wakil dari Indonesia.

Tanggal 23 Agustus Drs. Mohammad Hatta memimpin delegasi Indonesia
dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag. Konferensi Meja Bundar
merupakan perundingan antara Indonesia, delegasi BFO, UNCI (dari PBB) dan Belanda.
Tujuan utama Konferensi Meja Bundar adalah untuk menyelesaikan pertikaian
Indonesia-Belanda yang mengarah pada pengakuan kedaulatan Indonesia.

Tanggal 2 November 1949 tercapai persetujuan KMB. Hasil KMB adalah Belanda akan menyerahkan kedaulatan Republik Indonesia Serikat pada akhir bulan Desember 1949.
Tanggal 27 Desember 1949 di Den Haag dilakukan upacara penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat diwakili Drs. Mohammad Hatta, sedangkan Belanda diwakili Ratu Yuliana.

c. Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Sri Sultan Hamengkubuwono IX adalah seorang raja di Yogyakarta. Beliau seorang demokrat sejati. Dengan sukarela beliau memasukkan daerah kerajaannya ke dalam wilayah Republik Indonesia.

Dengan gigih beliau ikut berperang melawan Belanda. Pada awal Januari 1946 pemerintah mengambil keputusan
untuk memindahkan kedudukan pemerintahan pusat RI ke Yogyakarta. Sultan
Hamengkubuwono IX menyambut hangat kepindahan tersebut. Beliau
melindungi pejabat-pejabat negara dan keluarganya dari ancaman tentara Belanda. Beliau rela berkorban demi perjuangan.

Belanda ingin beliau mengubah sikapnya terhadap Republik Indonesia.
Belanda mengirim utusan untuk membujuk beliau agar mau bekerja sama dan
memihaknya. Belanda menjanjikan hadiah wilayah Jawa dan Madura. Beliau tetap
tegar pada pendiriannya. Beliau setia kepada Republik Indonesia. Keinginan Beliau
hanya satu yaitu Belanda segera pergi dari Republik Indonesia.

Pada awal kehidupan Republik Indonesia, Sultan Hamengkubuwono IX
berhasil meminta kesanggupan Letkol Soeharto untuk mempersiapkan serangan
umum. Tanggal 1 Maret 1949 serangan umum dilaksanakan dan TNI berhasil
menduduki kota Yogyakarta dalam waktu enam jam. Keberhasilan serangan
tersebut menunjukkan bahwa Republik Indonesia belum habis riwayatnya.
Sri Sultan Hamengkubuwono IX berperan dalam usaha pengakuan kedaulatan RI.

Pada tanggal 27 Desember 1949 Sri Sultan Hamengkubuwono IX
menandatangani naskah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda di Jakarta.
Di Jakarta naskah penyerahan kedaulatan ditandatangani oleh Sri Sultan
Hamengkubuwono IX mewakili Indonesia dan Wakil Tinggi Mahkota A.H.J. Lovink mewakili Belanda.
Penandatanganan naskah penyerahan kedaulatan mengakhiri periode perjuangan bersenjata rakyat Indonesia.

d. Jendral Soedirman
Jendral Soedirman adalah pejuang yang gigih. Dalam
keadaan sakit beliau tetap memimpin perlawanan terhadap Belanda.
Pada tanggal 12 Desember 1945 Kolonel Soedirman memimpin pertempuran melawan Sekutu di Ambarawa.

TKR berhasil memukul mundur tentara Sekutu. Dalam menghadapi Sekutu, Kolonel Soedirman menggunakan taktik Perang Gerilya.
Kolonel Soedirman merupakan tokoh yang mempelopori Perang Gerilya di Indonesia.

Pada saat tentara Belanda menduduki Yogyakarta beliau mengambil keputusan
melanjutkan perang gerilya. Keputusan tersebut disambut baik oleh segenap
anggota TNI. Tindakan Panglima Besar Jendral Soedirman berhasil meningkatkan
semangat perjuangan Republik Indonesia.
Dalam keadaan fisik yang lemah beliau memilih bergerilya daripada ditawan
Belanda. Selama bergerilya beliau ditandu. Beliau menempuh jalan beratus-ratus
kilometer keluar masuk hutan di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Kurang lebih selama tujuh bulan ia berpindah-pindah dari hutan yang satu ke hutan yang lain, dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah sekali sementara obat juga hampir-hampir tidak ada.

Jendral Soedirman meninggal 29 Januari 1950. Saat merah putih sudah berkibar di seluruh pelosok nusantara, Soedirman tidak hidup cukup lama untuk melihat hasil perjuangannya.
Soedirman wafat kurang lebih satu bulan setelah Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.


Sumber https://www.anekapendidikan.com/

0 Response to "Beratnya Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel