Degradasi Moral Generasi Muda Penerus Bangsa *WASPADA*

Degradasi Moral Generasi Muda Penerus Bangsa *WASPADA*
Seiring dengan berjalannya waktu manusia akan semakin tua dan pada akhirnya akan mati dan meninggalkan dunia ini. Lalu siapa yang akan meneruskan cita-cita Mereka? siapa yang akan menggantikan Mereka? dan siapa yang akan menjalankan roda kehidupan di dunia ini?
Para generasi mudalah yang akan menjadi penerusnya. Mereka yang akan menggantikan para orang tua.
Degradasi Moral Generasi Muda Penerus Bangsa  Degradasi Moral Generasi Muda Penerus Bangsa *WASPADA*
Lalu bagaimana keadaan para generasi muda sekarang? Terkadang saya ngeri dan khawatir bila melihat para generasi muda sekarang. Bagaimana tidak. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, berkembangnya tekhnologi yang semakin canggih. Sementara sisi lain, agama, akhlak, kepribadian, adab, sopan santun, dan karakter lainnya, sepertinya mulai terabaikan dan dianggap tidak penting.

Kalau kita lihat disekeliling kita banyak kejadian, peristiwa,  yang menjadikan kita miris dan mengelus dada melihatnya. Fenomena adanya kemerosotan atas agama,  akhlak, kepribadian, adab, sopan santun  seseorang maupun sekelompok orang seperti: 
1. radikalisme
Radikalisme adalah paham atau ideologi yang menuntut perubahan dan pembaruan sistem sosial dan politik dengan cara kekerasan. Ensensi dari radikalisme adalah sikap jiwa dalam mengusung perubahan. Tuntutan perubahan oleh kaum yang menganut paham ini adalah perubahan drastis yang jauh berbeda dari sistem yang sedang berlaku. Dalam mencapai tujuannya, mereka sering menggunakan kekerasan. Radikalisme sering dikaitkan dengan terorisme, karena mereka akan melakukan apa saja untuk menghabisi musuhnya. Radikalisme sering dikaitkan dengan gerakan kelompok-kelompok ekstrim dalam suatu agama tertentu.

2. Narkoba
Narkoba adalah singkatan dari Narkotika dan Obat berbahaya. Selain “narkoba”, istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini, baik “narkoba” atau napza, mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai resiko kecanduan bagi penggunanya.

Hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir tak bisa dicegah. Mengingat hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Misalnya saja dari bandar narkoba yang senang mencari mangsa didaerah sekolah, diskotik, tempat pelacuran, dan tempat-tempat perkumpulan genk. Tentu saja hal ini bisa membuat para orang tua, ormas,pemerintah khawatir akan penyebaran narkoba yang begitu meraja rela.

Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukan namun masih sedikit kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun dewasa, bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus narkoba. Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba pada anak-anak yaitu dari pendidikan keluarga. Orang tua diharapkan dapat mengawasi dan mendidik anaknya untuk selalu menjauhi Narkoba.

3. Tindak kekerasan
Belakangan ini banyak terjadi kasus kekerasan di kalangan remaja,tak jarang hanya karena hal sepele bisa menyebabkan kematian.

Fenomena pengeroyokan,geng motor,tawuran antar pelajar,seks bebas yang menjadi subjek nya selalu para remaja,mengapa demikian? Karena masa remaja merupakan suatu fase hidup dimana individu-individu remaja tersebut sedang sedang mencari dan membentuk konsep diri (self concept) dan jati diri (self-identity). Masa yang ditandai dengan keingina untuk membentuk kelompok-kelompok diluar pengawasan orang tua dan keluarga. Tiap remaja ingin diakui oleh remaja lainnya baik diakui prestasi,kesamaan minat dan hobi ataukah alas an yang lain yang hanya mereka yang tau.

Moralitas sangatlah penting ditumbuhkan dalam diri setiap anak. Hal ni perlu dipertimbangkan mengingat ditengah kebangkrutan moral bangsa, maraknya tindak kekerasan, inkohorensi politis atas retorika politik dan perilaku keseharian maka pendidikan karakter yang menekan dimensi etis-religius menjadi relevan untuk diterapkan. Banyak cara untuk pendidikan karakter salah satunya melalui komunitas positif yang belakangan ini sangat efektif dalam pembentukan karakter, karena dengan belajar melalui komunitas sangat cepat.

4. Seks bebas
Pacaran, bukan hal yang lazim lagi di kalangan remaja saat ini. Mulai dari berbagai jenjang pendidikan mereka. Mulai dari Anak-anak kuliah sampai SMP (bahkan anak SD pun mulai mencoba-coba). Mulai dari tingkatan remaja awal sampai remaja akhir, rata-rata mereka sudah mempunyai ‘pacar’. Macam-macam pula remaja mengekspresikan rasa cintanya pada sang ‘pacar; dengan berbagai cara. Mulai dari yang biasa sampai yang tidak bisa diterima secara moral karena perbuatan mereka telah melanggar ketentuan norma yang ada. Salah satu cara yang merupakan cara yang paling tidak diterima di kalangan masyarakat adalah seks bebas.

Pendidikan seks di kalangan remaja tampaknya belum terlihat realisasi nya, terbukti dengan banyaknya kasus tentang kehamilan di luar nikah atau penyakit menular seperti HIV/AIDS dan sebagainya. Memang tidak semua remaja harus diberi pengarahan tentang hal ini karena mereka seharusnya sudah dapat berpikir secara matang tentang nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku di masyarakatnya.

5. Pemerkosaan
Kasus pemerkosaan yang sering kita lihat di media elektronik maupun media massa sebagai gambaran rusaknya moral generasi bangsa, Mereka tidak bisa menggunakan akal sehatnya sehinga Mereka mengikuti hawa nafsu yang akan menjerumuskan pada kehancuran.
Pemerkosaan disini diartikan sebagai pemaksaan hubungan seksual. Siapapun bisa menjadi pelaku pemerkosaan dan siapapun bisa menjadi korban pemerkosaan. Perbincangan ini membawa kita pada pemahaman tentang realitas-realitas pemerkosaan, cara mencegah pemerkosaan, serta langkah-langkah yang patut ditempuh bila musibah itu menimpa kita atau orang yang kita kasihi.

6. Prostitusi yang merajalela
Bisnis prostitusi sudah merajalela di Indonesia terutama melalui media internet. Fenomena Prostitusi online di Indonesia sudah ada sejak 2012 tahun silam menurut sejumlah pakar IT di Indonesia dan sekarang website tersebut sudah di blokir oleh layanan google sendiri.
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan, bentuk prostitusi itu lahir bukan hanya karena problema ekonomi dari para pelakunya, tapi juga gaya hidup. Menurutnya, revolusi karakter dan restorasi sosial menjadi solusi (soal maraknya prostitusi), tidak semua pelaku prostitusi baik laki-laki maupun perempuan melakukannya karena faktor ekonomi. Kemudian, kalau pada suatu daerah tidak ada lokalisasi bukan berarti prostitusi tidak ada di daerah itu.

Untuk mencegah prostitusi, terlebih lewat jaringan dunia maya, Menteri Khofifah mengaku sudah memaparkan pula persoalan ini dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dengan tujuan pendidikan karakter di berbagai sekolah. Menteri Khofifah juga menyampaikan bahwa prostitusi merupakan problem sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dan butuh peran semua pihak untuk mengatasinya, bukan hanya pemerintah.
Kita harus semakin meningkatkan pembinaan keagamaan, ketaqwaan, keimanan di masyarakat. Menurut saya pemerintah harus terlibat bukan berarti mengurusi masalah itu, tetapi pemerintah punya aparat dan punya uang jadi tidak ada pilihan pemerintah harus terlibat.

7. Pergaulan bebas
Sekarang ini zaman globalisasi, remaja harus diselamatkan dari globalisasi. Karena globalisasi ini ibaratnya kebebasan dari segala aspek. Sehingga banyak kebudayaan-kebudayaan yang asing yang masuk. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk mendapatkan pacar.

Berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indonesia, sekitar 20 hingga 30 persen remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks. Celakanya, perilaku seks bebas tersebut berlanjut hingga menginjak ke jenjang perkawinan. Ancaman pola hidup seks bebas remaja secara umum baik di pondokan atau kos-kosan, maupun hotel, tampaknya berkembang semakin serius dan harus mendapat perhatian khusus.

Kelompok remaja yang masuk ke dalam penelitian tersebut rata-rata berusia 17-21 tahun, dan umumnya masih bersekolah di tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau mahasiswa. Namun dalam beberapa kasus juga terjadi pada anak-anak yang duduk di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Pendidikan Kesehatan Reproduksi di kalangan remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi, tetapi bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit menular seksual dan sebagainya. Dengan demikian, anak-anak remaja ini bisa terhindar dari percobaan melakukan seks bebas.

Ada banyak sebab remaja melakukan pergaulan bebas. Penyebab tiap remaja mungkin berbeda tetapi semuanya berakar dari penyebab utama yaitu kurangnya pegangan hidup remaja dalam hal keyakinan/agama dan ketidakstabilan emosi remaja.

Generasi muda adalah tulang punggung bangsa, yang diharapkan di masa depan mampu meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini agar lebih baik. Dalam mempersiapkan generasi muda juga sangat tergantung kepada kesiapan masyarakat yakni: Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat.

• Pendidikan di sekolah, keluarga dan masyarakat belum selaras;
Tri Sentra Pendidikan “Di dalam hidupnya anak-anak, ada tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang amat penting baginya, yaitu: alam keluarga, alam perguruan, dan alam pergerakan pemuda” (Ki Hajar, Wasita, Juni 1935)

• Pendidikan Keluarga belum menjadi prioritas kebijakan nasional;

Mewujudkan kerjasama dan keselarasan program pendidikan di sekolah, keluarga, dan masyarakat sebagai tri sentra pendidikan dalam membangun ekosistem pendidikan yang menumbuhkan karakter dan budaya berprestasi anak.

1. Pendidikan Keluarga
Orang tua adalah penanggung jawab utama dalam pendidikan anak, sedang sekolah atau guru adalah penerima tanggung jawab dari orang tua yang tentu saja akan bertanggung jawab juga kepada Allah tentang perlakuannya selama anak itu berada bersama mereka.
• Keluarga merupakan pendidik yang pertama dan utama yang paling berpengaruh terhadap kehidupan anak
• Pelibatan keluarga dalam pendidikan dapat:
• meningkatkan perilaku positif,
• prestasi belajar,
• minat untuk melanjutkan pendidikan,
• mencegah dari tindak kekerasan,
• mencegah dari pengaruh negatif lainnya dari lingkungan.

Peran Keluarga adalah Asah Asih Dan Asuh
Asah
• Melakukan stimulasi (rangsangan dini) pada semua aspek perkembangan

Asih
• Menciptakan rasa aman, nyaman, mendapatkan perlindungan dari pengaruh yang kurang baik dan tindak kekerasan

Asuh
• Memenuhi kebutuhan nutrisi dan gizi, imunisasi,
kebersihan diri dan lingkungan, pengobatan, bermain

2. Sekolah/Pendidikan
pendidikan di sekolah merupakan bagian dari pendidikan dalam keluarga, yang sekaligus merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga.
Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, kreatif, terampil, dan produktif. Hal tersebut tercantum di dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 bahwa tujuan pendidikan nasional adalah membekali generasi bangsa untuk dapat mengembangkan diri sehingga memiliki kemampuan untuk mempertahankan hidup di lingkungan masyarakat, bangsa, dan negara.

Oleh karena itu, perlu diupayakan perbaikan bidang pendidikan secara terus menerus sesuai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini tanpa mengabaikan nilai kemanusiaan agar mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

3. Masyarakat
Masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang ketiga setelah pendidikan dilingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Masyarakat juga memegang peranan yang sangat penting juga bagi pembentukan karakter suatu bangsa. Namun sayangnya, yang terjadi saat ini tidak semua lapisan masyarakat yang mengerti betul peranannya itu sebagai pembentuk kepribadian dan karakter bangsa.

Pendidikan dan masyarakat saling keterkaitan, untuk mengembangkan pendidikan diperlukan partisipasi dari masyarakat. Masyarakat dalam konteks ini berperan sebagai subjek atau pelaku pendidikan, tanpa adanya kesadaran masyarakat akan pendidikan.
Sumber https://www.anekapendidikan.com/

0 Response to "Degradasi Moral Generasi Muda Penerus Bangsa *WASPADA*"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel