Taman Impian ASRI Taman Literasi sebagai Upaya Menyukseskan Program GLS
Taman Impian ASRI Taman Literasi sebagai Upaya Menyukseskan Program GLS
Dalam upaya meningkatkan gemar membaca bagi anak didik dan suksesnya program literasi sekolah perlu kiranya sebuah sekolah atau lembaga pendidikan memikirkan fasilitas yang yang mendukung program literasi. Salah satunya adalah pembuatan taman literasi agar siswa di sekolah bisa belajar dengan suasana yang berbeda. Berada di taman yang Aman Sehat Rapi Indah (ASRI) dan nyaman sambil belajar menjadi satu impian setiap anak dan warga sekolah. Sehingga membuat siswa lebih betah untuk berlama lama membaca dan belajar serta bermain.
Jika siswa lebih suka dengan belajar diluar ruangan, maka teman literasi sangat dibutuhkan. Suasana siswa yang belajar diluar ruangan sudah menjadi hal yang biasa dilakukan. Hal itu juga tergantung dari guru masing-masing mata pelajaran.
Misalnya saja seperti guru Bahasa Indonesia, jika siswa sedang praktek membuat puisi, membaca puisi, membuat sajak, mereka menggunakan lapangan atau taman Lalu guru agama jika praktek salat, maka mereka menggunakan Mushola, guru IPA yang mengajarkan tentang ekosistem air bisa dilakukan dengan melihat kolam, Jadi tidak selalu di ruang kelas sehingga siswa tidak jenuh dan bosan. Jika taman literasi dibuat, maka pastinya siswa-siswi lebih nyaman dan lebih terbuka pikirannya.
Ketika taman literasi di buka maka impian dan harapan warga sekolah jadi kenyataan sebagai upaya menyukseskan program GLS yaitu meningkatnya minat baca dan belajar pada siswa dalam memperluas dan memperdalam ilmu.
Memang membuat taman literasi butuh perencanaan yang matang dan dukungan semua pihak. Semoga taman literasi sekolah bisa dapat terealisasikan secepatnya. Nantinya dengan adanya taman literasi yang ASRI bisa membuat siswa lebih nyaman dan semakin semangat belajar serta membaca.
Belajar dan membaca tidak harus bersumber dari buku. Berikut beberapa sumber belajar non buku:
A. Belajar Melihat (visual)
1. Belajar dari melihat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan melihat ciptaan-Nya akan memunculkan berbagai pertanyaan pada diri siswa. Dengan munculnya pertanyaan secara otomatis mereka butuh jawaban dan mereka jiga akan mencari jawaban, tentu saja dengan bimbingan dan arahan dari gurunya.
2. Belajar dari apa yang dilihat, Dengan melihat sesuatu yang ada di sekitarnya siswa jelas akan meniru atau mencontohnya, misalnya dengan melihat orang membaca puisi yang baik, maka Ia akan mengetahui bagaimana cara membaca puisi yang baik, dengan melihat orang memasang ban motor misalnya, maka anak akan tahu cara memasang ban motor, dan masih banyak contoh lainnya.
3. Belajar mengamati manusia (teman, orang lain) memiliki seninya sendiri. Cara mereka berbicara, berjalan, berdiri, hingga berekspresi dapat mengungkapkan banyak hal tentang orang tersebut secara keseluruhan. Sekarang, belajarlah untuk melihat sifat-sifat positif mereka seperti : Kerendahan hati, kesopanan, bagaimana mereka beretika, adalah beberapa hal yang dapat Anda pelajari dari orang lain.
4. Belajar memisahkan yang baik dari yang buruk
Suatu barang ataupun seseorang tidak sepenuhnya buruk. Dia juga memiliki kelebihan dan kebaikan. Jadi, belajarlah untuk menemukan kebaikan dari keburukan, lalu fokuslah pada semua hal-hal baik tersebut dan mencoba memfilter hal yang buruk.
5. Dengan melihat sesuatu Siswa akan belajar untuk mengambil kesimpulan.
Mempertimbangkan aspek lain ketika Anda melihat kebaikan atau keburukan sesuatu benda atau orang, kadang Anda juga harus mempertimbangkan aspek tertentu lainnya, seperti halnya kebiasaan buruk. rupa yang tidak sempurna, Anda harus tahu bahwa kebiasaan tak dapat merepresentasikan orang itu sesungguhnya. Mungkin terdapat alasan di balik itu, namun penting bagi Anda untuk tak berfokus pada hal tersebut.
6. Belajar dari pengalaman
Menghargai, toleransi, hormat menghormati, saling menyayangi, merupakan pembelajaran yang tidak serta merta dapat dilakukan tapi melalui proses dan pembiasaan pada anak-anak ataupun siswa. penting halnya untuk Anda selalu berterima kasih terhadap orang untuk semua yang mereka lakukan pada Anda. Mereka mungkin tidak tahu bahwa mereka sudah melakukan hal baik untuk Anda. Namun, tetaplah berterima kasih. Manusia bukan malaikat yang selalu baik setiap saat. Selalu ada pelajaran yang bisa diambil dari setiap hal di dunia ini. Jadi, cobalah untuk melihat kebaikan dalam setiap orang, dan belajar dari hal itu.
7. Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran.
B. Belajar dengan cara mendengar (Audio)
Mata melirik kekiri/kekanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang2 saja. Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya.
Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras ataupun mendengarkan kaset atau rekaman.
C. Belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh (Kinestetik)
Berbicara lebih lambat, lirikan kebawah bila berbicara. Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Kegiatan seperti itu sangat cocok dilakukan diluar ruangan, bisa ditaman ataupun lingkungan. Anak dengan tipe kinestetik seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
Semoga keberadaan Taman literasi dapat meningkatkan minat baca dan sumber belajar yang menyenangkan bukan hanya siswanya, tetapi juga guru dan tenaga kependidikan lainnya, karena Gerakan Literasi Sekolah (GLS) bukan hanya berorientasi siswa tetapi kepada kepada seluruh warga sekolah. Dan semoga Taman literasi tersebut dapat segera terwujud dan ada di sekolah-sekolah yang ada di kabupaten Kebumen dan kota-kota lainnya untuk menunjang program literasi di sekolahnya masing-masing.
Akhir kata semoga impian dan harapan ini jadi kenyataan. Sumber https://www.anekapendidikan.com/
Dalam upaya meningkatkan gemar membaca bagi anak didik dan suksesnya program literasi sekolah perlu kiranya sebuah sekolah atau lembaga pendidikan memikirkan fasilitas yang yang mendukung program literasi. Salah satunya adalah pembuatan taman literasi agar siswa di sekolah bisa belajar dengan suasana yang berbeda. Berada di taman yang Aman Sehat Rapi Indah (ASRI) dan nyaman sambil belajar menjadi satu impian setiap anak dan warga sekolah. Sehingga membuat siswa lebih betah untuk berlama lama membaca dan belajar serta bermain.
Jika siswa lebih suka dengan belajar diluar ruangan, maka teman literasi sangat dibutuhkan. Suasana siswa yang belajar diluar ruangan sudah menjadi hal yang biasa dilakukan. Hal itu juga tergantung dari guru masing-masing mata pelajaran.
Misalnya saja seperti guru Bahasa Indonesia, jika siswa sedang praktek membuat puisi, membaca puisi, membuat sajak, mereka menggunakan lapangan atau taman Lalu guru agama jika praktek salat, maka mereka menggunakan Mushola, guru IPA yang mengajarkan tentang ekosistem air bisa dilakukan dengan melihat kolam, Jadi tidak selalu di ruang kelas sehingga siswa tidak jenuh dan bosan. Jika taman literasi dibuat, maka pastinya siswa-siswi lebih nyaman dan lebih terbuka pikirannya.
Ketika taman literasi di buka maka impian dan harapan warga sekolah jadi kenyataan sebagai upaya menyukseskan program GLS yaitu meningkatnya minat baca dan belajar pada siswa dalam memperluas dan memperdalam ilmu.
Memang membuat taman literasi butuh perencanaan yang matang dan dukungan semua pihak. Semoga taman literasi sekolah bisa dapat terealisasikan secepatnya. Nantinya dengan adanya taman literasi yang ASRI bisa membuat siswa lebih nyaman dan semakin semangat belajar serta membaca.
Belajar dan membaca tidak harus bersumber dari buku. Berikut beberapa sumber belajar non buku:
A. Belajar Melihat (visual)
1. Belajar dari melihat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan melihat ciptaan-Nya akan memunculkan berbagai pertanyaan pada diri siswa. Dengan munculnya pertanyaan secara otomatis mereka butuh jawaban dan mereka jiga akan mencari jawaban, tentu saja dengan bimbingan dan arahan dari gurunya.
2. Belajar dari apa yang dilihat, Dengan melihat sesuatu yang ada di sekitarnya siswa jelas akan meniru atau mencontohnya, misalnya dengan melihat orang membaca puisi yang baik, maka Ia akan mengetahui bagaimana cara membaca puisi yang baik, dengan melihat orang memasang ban motor misalnya, maka anak akan tahu cara memasang ban motor, dan masih banyak contoh lainnya.
3. Belajar mengamati manusia (teman, orang lain) memiliki seninya sendiri. Cara mereka berbicara, berjalan, berdiri, hingga berekspresi dapat mengungkapkan banyak hal tentang orang tersebut secara keseluruhan. Sekarang, belajarlah untuk melihat sifat-sifat positif mereka seperti : Kerendahan hati, kesopanan, bagaimana mereka beretika, adalah beberapa hal yang dapat Anda pelajari dari orang lain.
4. Belajar memisahkan yang baik dari yang buruk
Suatu barang ataupun seseorang tidak sepenuhnya buruk. Dia juga memiliki kelebihan dan kebaikan. Jadi, belajarlah untuk menemukan kebaikan dari keburukan, lalu fokuslah pada semua hal-hal baik tersebut dan mencoba memfilter hal yang buruk.
5. Dengan melihat sesuatu Siswa akan belajar untuk mengambil kesimpulan.
Mempertimbangkan aspek lain ketika Anda melihat kebaikan atau keburukan sesuatu benda atau orang, kadang Anda juga harus mempertimbangkan aspek tertentu lainnya, seperti halnya kebiasaan buruk. rupa yang tidak sempurna, Anda harus tahu bahwa kebiasaan tak dapat merepresentasikan orang itu sesungguhnya. Mungkin terdapat alasan di balik itu, namun penting bagi Anda untuk tak berfokus pada hal tersebut.
6. Belajar dari pengalaman
Menghargai, toleransi, hormat menghormati, saling menyayangi, merupakan pembelajaran yang tidak serta merta dapat dilakukan tapi melalui proses dan pembiasaan pada anak-anak ataupun siswa. penting halnya untuk Anda selalu berterima kasih terhadap orang untuk semua yang mereka lakukan pada Anda. Mereka mungkin tidak tahu bahwa mereka sudah melakukan hal baik untuk Anda. Namun, tetaplah berterima kasih. Manusia bukan malaikat yang selalu baik setiap saat. Selalu ada pelajaran yang bisa diambil dari setiap hal di dunia ini. Jadi, cobalah untuk melihat kebaikan dalam setiap orang, dan belajar dari hal itu.
7. Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran.
B. Belajar dengan cara mendengar (Audio)
Mata melirik kekiri/kekanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang2 saja. Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya.
Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras ataupun mendengarkan kaset atau rekaman.
C. Belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh (Kinestetik)
Berbicara lebih lambat, lirikan kebawah bila berbicara. Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Kegiatan seperti itu sangat cocok dilakukan diluar ruangan, bisa ditaman ataupun lingkungan. Anak dengan tipe kinestetik seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
Semoga keberadaan Taman literasi dapat meningkatkan minat baca dan sumber belajar yang menyenangkan bukan hanya siswanya, tetapi juga guru dan tenaga kependidikan lainnya, karena Gerakan Literasi Sekolah (GLS) bukan hanya berorientasi siswa tetapi kepada kepada seluruh warga sekolah. Dan semoga Taman literasi tersebut dapat segera terwujud dan ada di sekolah-sekolah yang ada di kabupaten Kebumen dan kota-kota lainnya untuk menunjang program literasi di sekolahnya masing-masing.
Akhir kata semoga impian dan harapan ini jadi kenyataan. Sumber https://www.anekapendidikan.com/
0 Response to "Taman Impian ASRI Taman Literasi sebagai Upaya Menyukseskan Program GLS"
Post a Comment