Waktu Terus Berjalan Momentum Untuk Bermuhasabah
Waktu Terus Berjalan Momentum Untuk Bermuhasabah
Tak terasa waktu terus berjalan. Menit berganti menit, jam berganti jam, Hari berganti hari, pekan berganti pekan, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Tak terasa umur kita pun hitungannya bertambah dari satu tahun menjadi dua tahun, dari sepuluh tahun menjadi dua puluh tahun, dari enam puluh tahun menjadi enam puluh satu tahun dan seterusnya. tak terasa pula jatah waktu kita untuk tinggal di dunia inipun berkurang, dari jatah tujuh puluh tahun tinggal enam puluh embilan tahun, dari jatah empat puluh tahun menjadi tiga puluh sembilan tahun, kalau jatahnya dua tahun maka tinggal setahun, kalau jatahnya empat puluh hari maka tinggal tiga puluh sembilan hari. Begitulah waktu. Ia berjalan sesuai dengan karakteristiknya. Berlalu sesuai dengan tabiatnya yakni cepat terlewat tanpa terasa dan tidak pernah dapat kembali. Dia juga sangat egois, tidak mau tahu apa yang kita mau. Tak peduli apakah kita sedang senang atau susah, tak peduli apakah kita sedang sempit atau longgar dia akan terus melangkah maju dan terus berjalan
Allah SWT dalam Al-Qur'an sudah memperingatkan kita seperti, Demi masa dalam surat Al-'Ashr, Demi waktu fajar, Demi waktu Dhuha, Demi waktu malam dan lain-lain. Sebuah sumpah yang dinisbatkan dengan sesuatu menunjukkan bahwa sesuatu itu sangat penting. Tentunya sumpah-sumpah Allah dalam Al-Quran di atas menunjukkan betapa pentingnya masalah waktu.
Dengan cara itu, Allah secara implisit memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk memperhatikan dan menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana yang dikatakan oleh para ahli tafsir (mufasirin), bahwa tujuan Allah swt. bersumpah dengan makhluknya, adalah agar mendapatkan perhatian tentang masalah tersebut dan ditadabburi manfaat apa yang akan dihasilkan darinya.
Dengan bertambahnya umur kita dan berkurangnya jatah waktu kita untuk hidup di dunia ini, tidakkah kita sekali-kali memikirkan apa yang akan kita bawa ke akherat nanti, tidakkah anda memikirkan bagaimana kehidupan akherat? Sadarlah saudaraku, jangan anda terlena dengan gemerlapnya dunia yang hanya sementara, hiruk pikuknya kehidupan dunia yang hanya tempat singgah sementara. Ingatlah bahwa anda pasti akan mati dan meninggalkan dunia ini. sudahkah anda siap dengan yang namanya mati? Sudahkah anda siap menghadapinya?
Karenanya amat Islam hendaknya janganlah ikut-ikutan seperti ummat-ummat yang lainnya, dimana jika merayakan hari ulang tahunnya, mereka melakukannya dengan hura-hura dan penuh hal-hal yang berlebihan yang sangat boros, apalagi ditambah dengan berbagai kemaksiatan.
Dengan bertambahnya tahun, secara angka usia seorang manusia memang bertambah. Tapi secara jatah umur, sebetulnya kesempatan hidupnya makin berkurang. Oleh karena itu berkurang pula kesempatan yang dia miliki untuk mempersiapkan diri menghadap Allah kelak. Apakah akan dia gunakan untuk beribadah kepada Allah atau justru bermaksiat kepada-Nya. (lihat! Q. S. Al-Insyiqaq: 6).
Gunakanlah waktu anda sebaik-baiknya, gunakanlah kesempatan yang ada sebaik mungkin jangan sampai anda menyesal kemudian, karena penyesalan sangatlah menyakitkan. Persiapkan diri anda menghadapi kematian yang pasti datang menjemputmu.
Bagi waktu anda menjadi empat bagian yakni:
1. Waktu untuk beribadah kepada Rabbnya ( Allah Sebhanahu wata'ala).
Kewajiban kita beribadah pada Allah SWT, waktu shalat lima waktu, dan shalat sunat lainnya, serta waktu berpuasa dibulan Ramadhan. Shalat lima waktu adalah amal ibadah yang akan pertama kali di hisab di akherat, shalat lima waktu menjadi tolok ukur ketaatan manusia pada Allah SWT. Seorang manusia yang shalatnya baik Insya Allah ibadah dan perbuatan lainnya akan ikut baik, karena shalat akan mencegah manusia dari perbuatan keji dan munkar.
2. Waktu ia berintrospeksi, berdzikir dan mengingat Allah, waktu mentafakkuri ciptaan Allah Swt. Mengintropeksi diri akan membuat kita tidak sombong, apa sih yang kita sombongkan. Manusia lahir ke dunia ini tanpa membawa apa-apa, tak sehelai benangpun dibawanya. semuanya adalah pemberian Allah SWT sang khaliq (pencipta alam semesta dan segala isinya), semuanya hanyalah titipan-Nya yang harus kita jaga dan semuanya pasti akan diambilnya kembali pada-Nya.
Mengingat Allah SWT dengan berdzikir dan memikirkan segala yang diciptakan-Nya, (untuk apa, Kenapa, bagaimana memanfaatkannya). sehingga dengan begitu kita akan dapat menggunakan segala yang diciptakan Allah SWT demi mencapai kebahagiaan di dunia dan akherat.
3. Waktu ia makan dan minum. Makan dan minum adalah kebutuhan yang harus kita penuhi. Dengan makan dan minum kita akan kuat dan bertahan hidup di dunia ini. Kita akan kuat beribadah dan beramal kebaikan untuk mencari dan mengumpulkan bekal hidup di akherat nati bila kita sudah mati dan meninggalkan dunia ini.
4. Waktu untuk istirahat. Allah Menciptakan siang dan malam untuk kebaikan manusia dan makhluk lainnya di dunia ini. Waktu siang digunakan untuk berusaha dan bekerja mencari nafkah dan rizki, sedang waktu malam adalah waktunya untuk beristirahat. Tubuh kita yang seharian bekerja perlu istirahat dan rilek untuk memulihkan organ-organ tubuh yang kecapekan dan bekerja seharian.
Seorang muslim sejati, awalilah harimu dengan shalat dan ketika ia mengakhirinya akan ia tutup dengan shalat pula. Ia membukanya dengan shalat subuh dan menutupnya dengan shalat Isya. Tidak ada sedikitpun waktunya terbuang untuk hal-hal yang tidak bermanfaat karena ia sadar waktu yang dilaluinya kelak akan dipertanggungjawabkan di akhirat nanti.
Dengan demikian, berjalannya waktu bagi seorang muslim merupakan momentum untuk bermuhasabah dan merencanakan masa depan selanjutnya layaknya seorang akuntan dalam sebuah perusahaan yang menghitung untung rugi perusahaannya selama satu menit, jam, hari, minggu, bulan ataupun tahun.
Namun demikian bagi seorang muslim bermuhasabah tidak harus menunggu waktu, tetapi harus menjaga waktu. Karena sesuai dengan substansi akidahnya ia akan berusaha untuk bermuhasabah setiap hari dan setiap saat, sehingga kita tidak terlindas oleh waktu dan zaman.
Khalifah Umar bin Khattab berkata, "Hisablah diri-diri kalian sebelum kalian dihisab."
Bila telah datang waktu malam Umar RA selalu bertanya, "Apa yang telah aku kerjakan pada hari ini." Dan ia menjadikan kebiasaan itu sebagai muhasabah hariannya. Tidak hanya memuhasabahi amalannya akan tetapi juga merencanakan hari esok dan masa depannya.
Akhirnya, marilah kita belajar dari hari ini untuk kebaikan di hari esok, belajar dari pengalaman yang telah kita lewati. Memperbaiki ibadah kita, perbuatan kita, pola pikir (mindset) kita, kerja kita, dan kehidupan kita sehingga kehidupan di dunia ini tidak sis-sia, tetapi benar benar kita manfaatkan sebagai ladang amal dan ibadah kita untuk kita panen di kehidupan selanjutnya (kehidupan akherat) yang kekal abadi.
"Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah, karena itu berjalanlah di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)." (Q. S. Ali Imran: 137)
Masa depan abadi, bagi seorang muslim yang paling hakiki adalah kehidupan di akhirat. Kehidupan duniawi yang juga harus menjadi cita-citanya hanyalah perantara yang harus dimanfaatkan untuk kepentingan akhirat. Artinya dalam beramal sholeh setiap muslim harus maksimal dalam menuntaskan pekerjaannya. Ia juga harus senantiasa optimis karena setiap amalnya itu akan mendapatkan balasan kebaikan dari Allah. Sekalipun menurut hitungan manusiawi hasil pekerjaannya akan hancur lantaran sebentar lagi akan datang kematiannya, minimal ia sudah mendapatkan kebaikan lantaran telah memanfaatkan waktu hidupnya untuk berbuat baik.
Marilah saudaraku Kita menghisab diri kita, marilah Kita mengintropeksi diri kita, perbuatan baik apa yang telah kita lakukan hari ini, apakah kita sudah benar dalam mencari rizqi, apakah kita sudah benar dalam mendidik anak-anak kita, persiapan/bekal apa yang telah kita siapkan untuk menghadapi kematian yang pasti akan menjemput kita, Apakah kita sudah punya penerang untuk menerangi tempat kita besok di alam kubur. Astagfirullohhal'adziim, subhanalloh Walhamdulillah walaa ilaa ha illallohuAllohuAkbar. Sumber https://www.anekapendidikan.com/
Tak terasa waktu terus berjalan. Menit berganti menit, jam berganti jam, Hari berganti hari, pekan berganti pekan, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Tak terasa umur kita pun hitungannya bertambah dari satu tahun menjadi dua tahun, dari sepuluh tahun menjadi dua puluh tahun, dari enam puluh tahun menjadi enam puluh satu tahun dan seterusnya. tak terasa pula jatah waktu kita untuk tinggal di dunia inipun berkurang, dari jatah tujuh puluh tahun tinggal enam puluh embilan tahun, dari jatah empat puluh tahun menjadi tiga puluh sembilan tahun, kalau jatahnya dua tahun maka tinggal setahun, kalau jatahnya empat puluh hari maka tinggal tiga puluh sembilan hari. Begitulah waktu. Ia berjalan sesuai dengan karakteristiknya. Berlalu sesuai dengan tabiatnya yakni cepat terlewat tanpa terasa dan tidak pernah dapat kembali. Dia juga sangat egois, tidak mau tahu apa yang kita mau. Tak peduli apakah kita sedang senang atau susah, tak peduli apakah kita sedang sempit atau longgar dia akan terus melangkah maju dan terus berjalan
Allah SWT dalam Al-Qur'an sudah memperingatkan kita seperti, Demi masa dalam surat Al-'Ashr, Demi waktu fajar, Demi waktu Dhuha, Demi waktu malam dan lain-lain. Sebuah sumpah yang dinisbatkan dengan sesuatu menunjukkan bahwa sesuatu itu sangat penting. Tentunya sumpah-sumpah Allah dalam Al-Quran di atas menunjukkan betapa pentingnya masalah waktu.
Dengan cara itu, Allah secara implisit memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk memperhatikan dan menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana yang dikatakan oleh para ahli tafsir (mufasirin), bahwa tujuan Allah swt. bersumpah dengan makhluknya, adalah agar mendapatkan perhatian tentang masalah tersebut dan ditadabburi manfaat apa yang akan dihasilkan darinya.
Dengan bertambahnya umur kita dan berkurangnya jatah waktu kita untuk hidup di dunia ini, tidakkah kita sekali-kali memikirkan apa yang akan kita bawa ke akherat nanti, tidakkah anda memikirkan bagaimana kehidupan akherat? Sadarlah saudaraku, jangan anda terlena dengan gemerlapnya dunia yang hanya sementara, hiruk pikuknya kehidupan dunia yang hanya tempat singgah sementara. Ingatlah bahwa anda pasti akan mati dan meninggalkan dunia ini. sudahkah anda siap dengan yang namanya mati? Sudahkah anda siap menghadapinya?
Karenanya amat Islam hendaknya janganlah ikut-ikutan seperti ummat-ummat yang lainnya, dimana jika merayakan hari ulang tahunnya, mereka melakukannya dengan hura-hura dan penuh hal-hal yang berlebihan yang sangat boros, apalagi ditambah dengan berbagai kemaksiatan.
Dengan bertambahnya tahun, secara angka usia seorang manusia memang bertambah. Tapi secara jatah umur, sebetulnya kesempatan hidupnya makin berkurang. Oleh karena itu berkurang pula kesempatan yang dia miliki untuk mempersiapkan diri menghadap Allah kelak. Apakah akan dia gunakan untuk beribadah kepada Allah atau justru bermaksiat kepada-Nya. (lihat! Q. S. Al-Insyiqaq: 6).
Gunakanlah waktu anda sebaik-baiknya, gunakanlah kesempatan yang ada sebaik mungkin jangan sampai anda menyesal kemudian, karena penyesalan sangatlah menyakitkan. Persiapkan diri anda menghadapi kematian yang pasti datang menjemputmu.
Bagi waktu anda menjadi empat bagian yakni:
1. Waktu untuk beribadah kepada Rabbnya ( Allah Sebhanahu wata'ala).
Kewajiban kita beribadah pada Allah SWT, waktu shalat lima waktu, dan shalat sunat lainnya, serta waktu berpuasa dibulan Ramadhan. Shalat lima waktu adalah amal ibadah yang akan pertama kali di hisab di akherat, shalat lima waktu menjadi tolok ukur ketaatan manusia pada Allah SWT. Seorang manusia yang shalatnya baik Insya Allah ibadah dan perbuatan lainnya akan ikut baik, karena shalat akan mencegah manusia dari perbuatan keji dan munkar.
2. Waktu ia berintrospeksi, berdzikir dan mengingat Allah, waktu mentafakkuri ciptaan Allah Swt. Mengintropeksi diri akan membuat kita tidak sombong, apa sih yang kita sombongkan. Manusia lahir ke dunia ini tanpa membawa apa-apa, tak sehelai benangpun dibawanya. semuanya adalah pemberian Allah SWT sang khaliq (pencipta alam semesta dan segala isinya), semuanya hanyalah titipan-Nya yang harus kita jaga dan semuanya pasti akan diambilnya kembali pada-Nya.
Mengingat Allah SWT dengan berdzikir dan memikirkan segala yang diciptakan-Nya, (untuk apa, Kenapa, bagaimana memanfaatkannya). sehingga dengan begitu kita akan dapat menggunakan segala yang diciptakan Allah SWT demi mencapai kebahagiaan di dunia dan akherat.
3. Waktu ia makan dan minum. Makan dan minum adalah kebutuhan yang harus kita penuhi. Dengan makan dan minum kita akan kuat dan bertahan hidup di dunia ini. Kita akan kuat beribadah dan beramal kebaikan untuk mencari dan mengumpulkan bekal hidup di akherat nati bila kita sudah mati dan meninggalkan dunia ini.
4. Waktu untuk istirahat. Allah Menciptakan siang dan malam untuk kebaikan manusia dan makhluk lainnya di dunia ini. Waktu siang digunakan untuk berusaha dan bekerja mencari nafkah dan rizki, sedang waktu malam adalah waktunya untuk beristirahat. Tubuh kita yang seharian bekerja perlu istirahat dan rilek untuk memulihkan organ-organ tubuh yang kecapekan dan bekerja seharian.
Seorang muslim sejati, awalilah harimu dengan shalat dan ketika ia mengakhirinya akan ia tutup dengan shalat pula. Ia membukanya dengan shalat subuh dan menutupnya dengan shalat Isya. Tidak ada sedikitpun waktunya terbuang untuk hal-hal yang tidak bermanfaat karena ia sadar waktu yang dilaluinya kelak akan dipertanggungjawabkan di akhirat nanti.
Dengan demikian, berjalannya waktu bagi seorang muslim merupakan momentum untuk bermuhasabah dan merencanakan masa depan selanjutnya layaknya seorang akuntan dalam sebuah perusahaan yang menghitung untung rugi perusahaannya selama satu menit, jam, hari, minggu, bulan ataupun tahun.
Namun demikian bagi seorang muslim bermuhasabah tidak harus menunggu waktu, tetapi harus menjaga waktu. Karena sesuai dengan substansi akidahnya ia akan berusaha untuk bermuhasabah setiap hari dan setiap saat, sehingga kita tidak terlindas oleh waktu dan zaman.
Khalifah Umar bin Khattab berkata, "Hisablah diri-diri kalian sebelum kalian dihisab."
Bila telah datang waktu malam Umar RA selalu bertanya, "Apa yang telah aku kerjakan pada hari ini." Dan ia menjadikan kebiasaan itu sebagai muhasabah hariannya. Tidak hanya memuhasabahi amalannya akan tetapi juga merencanakan hari esok dan masa depannya.
Akhirnya, marilah kita belajar dari hari ini untuk kebaikan di hari esok, belajar dari pengalaman yang telah kita lewati. Memperbaiki ibadah kita, perbuatan kita, pola pikir (mindset) kita, kerja kita, dan kehidupan kita sehingga kehidupan di dunia ini tidak sis-sia, tetapi benar benar kita manfaatkan sebagai ladang amal dan ibadah kita untuk kita panen di kehidupan selanjutnya (kehidupan akherat) yang kekal abadi.
"Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah, karena itu berjalanlah di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)." (Q. S. Ali Imran: 137)
Masa depan abadi, bagi seorang muslim yang paling hakiki adalah kehidupan di akhirat. Kehidupan duniawi yang juga harus menjadi cita-citanya hanyalah perantara yang harus dimanfaatkan untuk kepentingan akhirat. Artinya dalam beramal sholeh setiap muslim harus maksimal dalam menuntaskan pekerjaannya. Ia juga harus senantiasa optimis karena setiap amalnya itu akan mendapatkan balasan kebaikan dari Allah. Sekalipun menurut hitungan manusiawi hasil pekerjaannya akan hancur lantaran sebentar lagi akan datang kematiannya, minimal ia sudah mendapatkan kebaikan lantaran telah memanfaatkan waktu hidupnya untuk berbuat baik.
Marilah saudaraku Kita menghisab diri kita, marilah Kita mengintropeksi diri kita, perbuatan baik apa yang telah kita lakukan hari ini, apakah kita sudah benar dalam mencari rizqi, apakah kita sudah benar dalam mendidik anak-anak kita, persiapan/bekal apa yang telah kita siapkan untuk menghadapi kematian yang pasti akan menjemput kita, Apakah kita sudah punya penerang untuk menerangi tempat kita besok di alam kubur. Astagfirullohhal'adziim, subhanalloh Walhamdulillah walaa ilaa ha illallohuAllohuAkbar. Sumber https://www.anekapendidikan.com/
0 Response to "Waktu Terus Berjalan Momentum Untuk Bermuhasabah"
Post a Comment